Mamuju, nuansa.info – Suasana politik di Mamuju semakin memanas menjelang pemilihan Bupati, dengan Tim Kerja ADAMI, melalui tokohnya Santa, S.IP melontarkan kritik pedas terhadap kinerja calon petahana Bupati Mamuju Sutinah Suhardi.
Fokus utama kritik ini adalah proyek ambisius pembangunan Kantor Balai Kota yang menelan anggaran hingga Rp48 miliar.
Menurut Eks Anggota DPRD Mamuju ini, proyek ini adalah bukti nyata bahwa prioritas pembangunan Sutinah tak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di desa-desa terpencil.
Santa dengan tegas menyatakan, dana sebesar itu lebih baik dan lebih berguna dialokasikan untuk memperbaiki infrastruktur jalan yang menjadi kebutuhan utama warga di berbagai pelosok Mamuju.
“Apa urgensinya dan Manfaat langsungnya ke masyarakat Proyek Kantor Balai Kota yang mewah ,khususnya bagi mereka yang tinggal di desa-desa terpencil dengan akses jalan yang sangat buruk? Apa korelasinya warga sakit kadang ditandu dari Bole-kopeang ke Puskesmas jika sakit karena akses jalan?” ujarnya pada senin, 14 Oktober 2024.
Ia mencontohkan betapa mendesaknya perbaikan jalan di wilayah seperti Desa Labuang Rano, Desa Dungkait Tapalang Barat, serta poros jalan Desa Kopeang-Bela Kecamatan Tapalang hingga ke poros ke kecamatan Kalumpang khususnya dari Desa Mappu ke Desa Kalumpang .belum lagi di Dalam Kota Mamuju rawan kecelakaan karena banyak jalan yang masih sangat memprihatinkan. Menurutnya, Jika anggaran sebesar itu digunakan untuk perbaikan jalan di wilayah ini akan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, dan dibandingkan dengan proyek Balai Kota yang hanya berpusat di kawasan perkotaan dan hanya akan dinikmati oleh kalangan Pejabat dan tentunya kita tahu, urgensi Kantor Balai Kota belum mendesak karena karena belum ada Walikota secara Dejure maupun Defacto.
Tidak hanya soal infrastruktur, Tim Ahli DPRD Sulbar 2019-2024 ini juga menyoroti klaim pendukung Sutinah, Hairil Amri, yang menyebut keberhasilan Bupati dalam sektor pendidikan, khususnya program beasiswa S3. Menurut pria jebolan Fisipol Unismuh Makassar ini, program ini jauh dari kata keadilan, harapan kita selama ini tentang beasiswa. Harapan kita yang akan nikmati putra-putri terbaik daerah.
Ia menduga, beasiswa tersebut lebih banyak dinikmati oleh pejabat dan orang-orang dekat Bupati, bukan untuk putra-putri daerah yang berprestasi atau kurang mampu.
“Beasiswa seharusnya untuk menciptakan generasi unggul, generasi Penerus daerah ,memberikan kesempatan bagi warga kurang mampu untuk putra-putrinya bisa mengakses jenjang pendidikan hingga ke jenjang yg lebih tinggi ,bukan untuk kalangan pejabat atau birokrasi yang sudah berpendidikan tinggi dan sudah bagus kehidupannya,” tegasnya.
Eks Politisi NasDem ini juga mengkritik klaim Hairil yang menyebut perbaikan jalan di Desa Lebani Tapalang Barat sebagai bukti kinerja Bupati. Santa menepis klaim ini dengan menyebut bahwa proyek tersebut adalah inisiatif Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat yang didanai APBD Pemprov Sulawesi Barat. Bukan dari pemerintah daerah kabupaten mamuju yang di bawah kepemimpinan Sutinah.
“Jangan klaim prestasi orang lain sebagai karyanya . Jujurlah, Jika memang prestasinya minim, akui saja,” sindir Santa.
Tak berhenti sampai di situ, Santa juga menyentil DPRD Mamuju yang dianggap ikut bertanggung jawab atas disetujuinya anggaran besar untuk proyek Balai Kota. Meski ada beberapa penolakan, proyek tersebut tetap berjalan, menimbulkan kecurigaan adanya kepentingan tertentu di baliknya.
” Saya dilantik DPRD Mamuju tahun 2023 Desember dan DPRD tetapkan APBD dengan bupati 2021 .sayapun bertanya Kenapa anggaran sebesar itu disetujui begitu saja? Ada apa di balik keputusan ini?” Santa mempertanyakan.
Di tengah kritik tajamnya, Santa menawarkan solusi nyata bagi masyarakat Mamuju melalui konsep “Mamuju Baru.” Menurutnya, kota ini membutuhkan perbaikan nyata di sektor infrastruktur, terutama jalan dan jembatan yang menghubungkan kota dan desa. Selain itu, ia menekankan pentingnya penanganan abrasi pantai di Kecamatan Balabalakang yang selama ini kurang diperhatikan.
Program “Mamuju Baru” yang ditawarkan Santa dan Tim Kerja ADAMI mencakup perbaikan tata kota dan pedesaan, penguatan budaya lokal, dan peningkatan akses pendidikan untuk semua. Ia percaya bahwa perubahan ini akan membawa manfaat langsung bagi masyarakat dan menciptakan Mamuju yang lebih maju dan sejahtera.
“Kita butuh pembangunan yang menyentuh masyarakat luas, bukan proyek mewah yang hanya menyenangkan segelintir orang,” tutup Santa.
*/