Mamuju, Nuansa.info – Di tengah semangat meningkatkan kualitas pendidikan agama Hindu, Bimbingan Masyarakat Hindu Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat menggelar workshop penyusunan kurikulum Pasraman Non Formal ini menjadi ruang diskusi dan kolaborasi bagi para pendidik Agama Hindu, di Hotel Mamuju City, Kamis (12/9/2024).
Pendidikan Pasraman, terutama yang bersifat non formal, sering kali menghadapi tantangan dalam mengelola kurikulumnya. Namun, inisiatif yang diusung oleh Bidang Bimbingan Masyarakat (Bimas) Hindu ini menghadirkan harapan baru. “Pasraman adalah tempat suci bagi anak-anak kita untuk belajar, tidak hanya tentang agama, tetapi juga tentang moralitas dan kehidupan,” ujar H. Adnan Nota,
Kakanwil Kemenag Sulbar, saat membuka workshop melalui Zoom Meeting. Suasana hotel pada malam itu terasa penuh semangat, terutama saat Pembimas Hindu, I Nyoman Aryadi, menyapa 40 peserta yang datang dari berbagai daerah. Mereka terdiri dari para guru yang selama ini mengabdikan diri untuk membentuk karakter generasi muda Hindu melalui pendidikan di Pasraman.
H. Adnan Nota dalam sambutannya memberikan pesan yang sangat mendalam. “Guru bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga penjaga nilai. Penting bagi guru untuk terus meningkatkan kompetensi, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih baik dari waktu ke waktu,” ungkapnya.
Bagi Adnan, kualitas seorang guru harus mencakup tiga elemen utama: pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Melalui workshop ini, diharapkan para guru bisa semakin memahami bagaimana kurikulum yang tepat dapat membantu mereka dalam mendidik murid-murid di Pasraman. Pasraman Non Formal memiliki peran penting dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai Hindu di Sulawesi Barat. Namun, tantangan yang dihadapi tak kalah besar. Dengan kurangnya fasilitas dan sumber daya, pengelolaan pendidikan non formal sering kali mengandalkan kreativitas para pengajar.
Workshop ini menjadi langkah konkret dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan pedoman yang terstruktur untuk kurikulum. Suasana workshop yang interaktif membuat para peserta saling berbagi ide dan pengalaman. Bagi banyak peserta, workshop ini bukan hanya sekadar pelatihan teknis, melainkan juga dorongan moral untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak di Pasraman. “Anak-anak kami adalah masa depan agama dan budaya Hindu di Sulawesi Barat. Dengan pendidikan yang baik, mereka tidak hanya akan menjadi generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga bermoral tinggi,”
kata Adnan Workshop Penyusunan Kurikulum Pasraman Non Formal ini menjadi sebuah pengingat bahwa pendidikan bukan hanya tentang apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana nilai-nilai yang ditanamkan. Dengan semangat gotong royong, pendidikan Hindu di Sulawesi Barat diharapkan akan semakin maju, menjadikan Pasraman tempat bagi tumbuhnya generasi yang kuat dalam iman dan moral. Di akhir kegiatan, senyum dan semangat para peserta memperlihatkan optimisme bahwa masa depan pendidikan Hindu di Sulawesi Barat ada di tangan yang tepat – di tangan para guru yang berkomitmen dan terus belajar.