MAJENE, NUANSAINFO.COM — Ketua DPRD Majene, Salmawati angkat bicara soal kericuhan saat hearing penanganan pasien bersama Direktur RSUD dan Kepala Dinas Kesehatan, Selasa kemarin.
Salmawati menilai, itu merupakan bagian dinamika politik. Meski begitu, Politisi PPP ini meminta maaf atas insiden tersebut.
“Inilah dinamika dalam berpolitik. Meskipun, dengan penuh rasa hormat, saya menghaturkan permohonan maaf atas kejadian itu,” ujar Salmawati, Rabu (29/1/2020).
Hearing yang sempat ricuh di DPRD Majene, membahas kasus meninggalnya remaja asal Kelurahan Mosso, Almaidah (15). Diduga pelayanan kesehatan yang lamban sehingga nyawa Almaidah tak tertolong.
Kericuhan pun terjadi lantaran silang pendapat antara sejumlah legislator.
Saat hearing, Ketua Komisi III Muh Safaat mengusulkan rapat digelar tertutup. Sebab pembahasan mengarah pada privasi pasien yang harus dilindungi. Hal itu diamini Salmawati.
Namun berbeda halnya dengan Wakil Ketua DPRD Adi Ahsan. Politisi Golkar ini tegas menolak rapat tertutup. Ia menilai, pembahasan takkan mengarah ke privasi pasien. Tapi menyoal prosedur pelayanan kesehatan dari Puskesmas hingga RSUD Majene.
Perdebatan itu berlangsung alot. Adi Ahsan geram dan mendorong meja pimpinan rapat hingga terbanting.
Menanggapi itu, Samawati menilai, hearing memang harusnya tidak dibuka untuk publik. Sebab pembahasan akan mengarah pada penyakit pasien remaja yang telah meninggal dunia tersebut.
“Secara etika, itu tidak baik kita bahas secara umum, kasihan keluarga yg ditinggalkan, mereka sudah berduka, kita tidak hargai. Kecuali pihak keluarga mengizinkan, atau ada surat pernyataan, baru bisa kita bahas,” terangnya.
Namun Salmawati sangat kecewa pada Adi Ahsan. Sebab saat ricuh terjadi, Adi Ahsan dinilai menghinanya dengan melontarkan kata bodoh.
“Saya dikatai bodoh dengan cara yang kurang ajar adalah suatu penghinaan. Semua boleh menegur, apalagi mengkritik saya dalam kapasitas sebagai ketua DPRD. Tapi kalau dengan sikap yang kurang ajar, siapa yang tidak keberatan,” katanya.
Menurutnya, DPRD merupakan lembaga terhormat. Maka pimpinan anggota dewan pun harus bersikap layaknya orang terhormat.
“Bukan dengan cara premanisme seperti itu. Tapi ya, inilah dinamikanya. Saya terima ini sebagai pembelajaran, tidak ada rasa dendam dan sebagainya. Biar bagaimana, dia itu mitra saya di pimpinan DPRD,” ucapnya.
Salmawati menambahkan, tiga pimpinan DPRD Majene tidak ada pembagian untuk menangani bidang komisi. Salmawati membantah pembagian komisi seperti yang disampaikan Adi Ahsan saat hearing.
“Alangkah lucunya ini wakil ketua yg terhormat, langsung mengklaim tanpa ada konfirmasi, melangkahi wewenang, itukan secara etika salah. Ini lembaga terhormat, tidak boleh macam-macam. Apalagi sampai bersikap premanisme,” pungkasnya. (red)