Pj Gubernur Sulbar, Prof Zudan: Perhatikan Aspek Spiritual Religius dan Maksimalkan Bonus Demografi Untuk RPJPD 2025-2045

Mamuju,nuansa.info- Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Pemprov Sulbar 2024 dalam tahap penyusunan.

Menurut PJ Gubernur Sulbar Prof.Zudan Arif Fakrulloh, RPJPD 2025-2045 menjadi peluang memaksimalkan Bonus Demografi, yaitu peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi yang terjadi ketika jumlah penduduk usia kerja lebih tinggi daripada jumlah penduduk non-produktif, seperti anak-anak dan lansia.

“100 tahun Indonesia merdeka artinya lahir Indonesia emas.

2035, bonus demografi akan besar. Ini harus dikelola dengan baik , demografi itu banyak bekerja sedikit ditanggung ,

harapannya dalam satu keluarga lebih banyak bekerja daripada yang ditanggung. Ketika gagal mengelola itu menjadi bencana demografi.” kata Sestama BNPP ini saat memberikan arahan pada Forum Konsultasi Publik Rancangan Awal RPJPD 2025-2045 Pemprov Sulbar, di Graha Sandeq, Kamis (4/1/2024)

Tantangannya adalah membuka lapangan kerja. Olehnya perlunya memunculkan profesi profesi yang bisa bekerja mandiri, seperti dokter, psikolog, dan lainnya. Dengan begitu masyarakat memiliki pendapatan tambahan, ASN misalnya bisa mendapatkan pendapatan yang dikerjakan secara mandiri, atau disebut ‘passive income’.

 

Untuk memaksimalkan bonus demografi, penting untuk fokus pada beberapa hal, salah satu diantaranya menumbuhkan literasi, atau sektor pendidikan sebagai kesiapan populasi muda untuk menjadi angkatan kerja yang terampil dan produktif.

 

Sebab itu, Prof. Zudan berharap dalam menyusun RPJPD ini penting melakukan pendekatan sosiologi dan spritual religiutas. Pendekatan sosialisasi diharapkan RPJPD Sulbar 2025-2045 bisa menjadi wadah untuk kelompok-kelompok peradaban dari 1.0-5.0.

 

Sementara Pendekatan Spritual Religius, perlunya menuangkan nilai nilai kebenaran, tujuan mensejahterakan masyarakat dan membuat masyarakat bahagia. Selain itu diharapkan masyarakat juga mengimplementasikan nilai-nilai spritualitas/religiutas dalam rencana pembangunan.

“Nilait religius tercermin dalam rencana pembangunan dan masyarakatnya bisa mengimplementasikan sebagaimana mellete diatonganan, berjalan di atas kebenaran, dan begitu juga malaqbi,” tutup Zudan. (Rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *