Mamuju, nuansa.info – Mamuju kembali menghadapi pertarungan politik yang sengit dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, dengan dua pasangan calon yang membawa visi dan misi berbeda. Bupati Mamuju saat ini, Dr. Hj. Sitti Sutinah Suhardi, S.H., M.Si., kembali maju bersama Yuki Permana sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Mamuju periode 2024-2029. Mereka mengusung tagline “Mamuju Keren Berkelanjutan,” yang diklaim sebagai kelanjutan dari program pembangunan sebelumnya yang dianggap cukup berhasil.
Ahmad Taufan, salah satu pengamat politik lokal, dalam diskusi yang berlangsung di Warkop DPR, Mamuju, pada 1 Oktober 2024, menyatakan bahwa penggunaan kembali tagline “Mamuju Keren” adalah langkah wajar, mengingat beberapa program pembangunan sudah terlaksana dengan baik. Namun, ia juga menyoroti bahwa masih ada beberapa aspek pembangunan yang belum tuntas.
“Tentu sangat wajar karena dari berbagai aspek pembangunan ada yang terlaksana dan ada juga yang tidak. Jika lebih dari 50 persen program terlaksana, maka wajar jika Mamuju Keren Berkelanjutan dipakai. Tapi, jika kurang dari itu, bisa saja dianggap gagal,” ujar Taufan.
Namun, pertanyaan besar di tengah masyarakat adalah: mengapa Dr. Hj. Sitti Sutinah Suhardi dan Wakil Bupati Mamuju periode 2019-2025, Ado Mas’ud, memutuskan berpisah? Perceraian politik ini menjadi perhatian karena dampaknya pada stabilitas pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat.
Ado Mas’ud kini maju sebagai calon Bupati Mamuju bersama H. Damris, dengan tagline “Mamuju Baru.” Menurut Taufan, perbedaan visi antara Bupati dan Wakil Bupati sebelumnya menjadi alasan utama ketidaksepakatan di pemerintahan Mamuju.
“Ado-Damris dengan tagline ‘Mamuju Baru’ menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada ketidaksesuaian antara Sutinah Suhardi dan Ado Mas’ud dalam menjalankan pemerintahan. Ini bukti bahwa mereka keluar dari jalur visi-misi yang disepakati pada 2019,” jelas Taufan.
Masyarakat Mamuju kini dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan program “Mamuju Keren Berkelanjutan” atau menyambut perubahan yang ditawarkan “Mamuju Baru.” Kedua pasangan ini menawarkan solusi bagi pembangunan Mamuju di masa depan, namun publik masih menunggu penjelasan lebih lanjut terkait apa yang sebenarnya menjadi keberhasilan dan kegagalan dari program-program sebelumnya.
“Pertanyaannya, apa keberhasilan pembangunan yang harus dilanjutkan, dan apa yang membuat Ado Mas’ud memilih jalan berbeda dengan Mamuju Baru?” tutup Taufan.
By. Adhie.